Penerapan VLSM (Contoh 2)

Pada postingan ini akan diberikan contoh lain penerapan VLSM dengan jumlah komputer atau host dan segemen jaringan yang lebih banyak dari contoh sebelumnya.

Misal akan dibuat suatu jaringan komputer pada suatu gedung yang memilki 8 ruang, dengan detail sebagai berikut:
Ruang A : 1 host
Ruang B : 5 host
Ruang C : 100 host
Ruang D : 54 host
Ruang E : 26 host
Ruang F : 50 host
Ruang G : 12 host
Ruang H : 52 host

Dengan alamat jaringan 172.16.6.0/23 bagaimana pembagian jaringan tersebut?

Berikut penjelasannya:

Pertama, mengurutkan segmen jaringan dengan kebutuhan alamat IP paling banyak ke paling sedikit. Sehingga menjadi seperti ini:
Ruang C : 100 host
Ruang D : 54 host
Ruang H : 52 host
Ruang F : 50 host
Ruang E : 26 host
Ruang G : 12 host
Ruang B : 5 host
Ruang A : 1 host

Untuk menentukan subnet mask yang pas dalam memenuhi kebutuhan alamat IP masing-masing segmen jaringan, dapat melihat dari tabel mengenai subnet mask yang sudah ada atau dibuat sebagai referensi.

Jumlah subnet bitSubnet maskJumlah host tiap segmen
1255.255.255.128 atau /25 126
2255.255.255.192 atau /2662
3255.255.255.224 atau /2730
4255.255.255.240 atau /2814
5255.255.255.248 atau /296
6255.255.255.248 atau /302

Maka berdasarkan tabel, pembagian segmen-segmen jaringannya adalah sebagai berikut:

  1. Ruang C
  2. Alamat network: 172.16.6.0/25
    Range IP: 172.16.6.1 - 172.16.6.126
    Subnet mask: 255.255.255.128

  3. Ruang D
  4. Alamat network: 172.16.6.128/26
    Range IP: 172.16.6.129 - 172.16.6.190
    Subnet mask: 255.255.255.192

  5. Ruang H
  6. Alamat network: 172.16.6.192/26
    Range IP: 172.16.6.193 - 172.16.6.254
    Subnet mask: 255.255.255.192

  7. Ruang F
  8. Alamat network: 172.16.7.0/26
    Range IP: 172.16.7.1 - 172.16.7.62
    Subnet mask: 255.255.255.192

  9. Ruang E
  10. Alamat network: 172.16.7.64/27
    Range IP: 172.16.7.65 - 172.16.7.94
    Subnet mask: 255.255.255.224

  11. Ruang G
  12. Alamat network: 172.16.7.96/28
    Range IP: 172.16.7.97 - 172.16.7.110
    Subnet mask: 255.255.255.240

  13. Ruang B
  14. Alamat network: 172.16.7.112/29
    Range IP: 172.16.7.113 - 172.16.7.118
    Subnet mask: 255.255.255.248

  15. Ruang A
  16. Alamat network: 172.16.7.120/30
    Range IP: 172.16.7.121 - 172.16.7.122
    Subnet mask: 255.255.255.252

Penerapan VLSM

Subnetting jaringan secara default memiliki panjang yang tetap (fixed length subnetting), yaitu menghasilkan beberapa subjaringan atau segmen jaringan yang memiliki jumlah host yang sama. Namun, dalam pembagian segmen jaringan pada kenyatannya tidak selalu memiliki jumlah host yang sama tiap segmennya, akan tetapi ada segmen yang lebih banyak memerlukan alamat IP dan ada juga segmen yang memerlukan alamat IP yang lebih sedikit.

Jika hanya menggunakan satu subnet mask maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan alamat yang lebih banyak. Maka dari itu subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan  yang membutuhkan alamat IP yang paling banyak. Kemudian untuk mengoptimalkan penggunaan alamat IP maka dapat membentuk segmen-segmen jaringan dengan ukuran yang bervariasi. Teknik inilah yang kemudian disebut dengan variable-length subnetting dan subnet mask yang dipakai dikenal sebagai VLSM (Variable-length Subnet Mask).

Contoh Penerapan VLSM:

Suatu sekolah ingin membuat suatu jaringan komputer yang menghubungkan beberapa ruangnya yang telah memiliki komputer, dimana ruang-ruang yang akan terhubung yaitu:
1. Ruang Guru dengan 24 komputer,
2. Kantor TU dengan 4 komputer,
3. Perpustakan dengan 14 komputer, dan
4. Lab. Komputer dengan 44 komputer.

Dengan alamat IP 212.110.77.0/24
Maka variable-length subnetting-nya adalah sebagai berikut:

Pertama, mengurutkan segmen jaringan dari yang memiliki host paling banyak ke paling sedikit, sehingga urutannya sebagai berikut:
1. Lab. Komputer :  46 host
2. Ruang Guru : 34 host
3. Perpustakaan : 16 host
4. Kantor TU: 4 host

Selanjutnya menentukan subnet jaringan yang mampu menampung jumlah host di Lab. Komputer. Dengan perhitungan 2h-2 ≥ 44, maka nilai h yang memenuhi adalah 6, karena 26-2 ≥ 46 --> 62 ≥ 46.
Maka 6 adalah jumlah bit host dalam subnet mask
1111111.11111111.11111111.11000000 diubah ke bentuk desimal menjadi 255.255.255.192 atau dalam notasi CIDR adalah /26, dengan subnet mask tersebut maka akan didapat 4 buah blok IP, yaitu:
212.110.77.0/26
212.110.77.64/26
212.110.77.128/26
212.110.77.192/26

Maka Lab. Komputer akan menggunakan alamat network 212.110.77.0/26 dengan alamat-alamat yang dapat dipasang pada komputer-komputernya yaitu antara 212.110.77.1 - 212.110.77.62 dan subnet mask 255.255..255.192

Untuk Ruang Guru juga dapat menggunakan subnet dari Lab. Komputer tadi karena 26-2 ≥ 34 ≥ 25-2, namun yang dipilih adalah blok IP yang belum dipakai yaitu 212.110.77.64/26, sehingga komputer yang ada dapat diberi alamat IP antara 212.110.77.65 - 212.110.77.126 dan subnet mask-nya 255.255.255.192

Sedangkan segmen jaringan Perpustakaan akan menggunakan blok IP berikutnya yaitu 212.110.77.128/26 namun jika hanya menggunakan panjang prefiks /26 maka akan banyak alamat yang menganggur, maka blok IP tersebut akan disubnet lagi yaitu dengan nilai h = 5 karena 25-2 ≥ 16 --> 30 ≥ 16. Sehingga subnet mask-nya menjadi 11111111.11111111.11111111.11100000 atau dalam desimal 255.255.255.224 dan dalam notasi CIDR adalah /27,blok IP tersebut terbagi menjadi 2 blok IP lagi yang lebih kecil, yaitu:
212.110.77.128/27 dan
212.110.77.160/27
Jadi segmen jaringan Perpustakaan akan menggunakan alamat network 212.110.77.128/27 dengan alamat IP yang dapat dipakai untuk komputer-komputernya yaitu antara 212.110.77.129 - 212.110.77.158 dan subnet mask 255.255.255.224

Terakhir, Kantor TU akan menggunakan blok IP 212.110.77.160/27 yang akan disubnet lagi agar lebih efisien untuk segmen jaringan Kantor TU tersebut. Yaitu memakai nilai h = 3 karena 23-2 ≥ 4 --> 6 ≥ 4. Subnet mask-nya menjadi 11111111.11111111.11111111.11111000 lalu dalam bentuk desimal adalah 255.255.255.248 atau dalam notasi CIDR yaitu /29, maka blok IP tersebut terbagi menjadi 4 blok IP lagi yang lebih kecil seperti di bawah ini:
212.110.77.160/29
212.110.77.168/29
212.110.77.176/29
212.110.77.184/29
Sehingga Kantor TU akan menggunakan alamat network 212.110.77.160/29 dengan range alamat IP antara 212.110.77.161 - 212.110.77.166 untuk komputer-komputernya dan memakai subnet mask 255.255.255.248

Dari uraian di atas dapat disimpulkan menjadi:
Ruang (+jml host)Alamat NetwokSubnet MaskRange Host
Lab.Komputer (46)
212.110.77.0/26
255.255.255.192
212.110.77.1 - 212.110.77.62
Ruang Guru (34)
212.110.77.64/26
255.255.255.192
212.110.77.65 - 212.110.77.126
Perpustakaan (16)
212.110.77.128/27
255.255.255.224
212.110.77.129 - 212.110.77.158
Kantor TU (4)
212.110.77.160/29
255.255.255.248
212.110.77.161 - 212.110.77.166

    

Mengenal Alamat Unicast, Broadcast, dan Multicast (Mengenal Alamat IP - Lanjutan)

Dalam pengalamatan IP juga dikenal dengan alamat unicast, broadcast, dan multicast. Alamat-alamat tersebut dibedakan berdasarkan kemampuan atau fungsinya dalam mentransmisikan data.
# Alamat Unicast
Alamat unicast merupakan alamat IP yang digunakan oleh host-host yang terhubung dalam suatu jaringan. Karakteristik alamat ini adalah untuk berkomunikasi satu titik dengan satu titik (one-to-one), setiap komunikasi atau transmisi data yang menuju ke suatu titik atau alamat unicast yang lainnya akan memakai satu jalur data, sehingga jika berkomunikasi dengan beberapa titik sekaligus akan menambah jalur data yang dipakai.

Alamat IP publik dan IP privat merupakan alamat unicast. Dan jika dihubungkan dengan kelas IP, maka alamat unicast meliputi alamat IP kelas A, B, dan C.

# Alamat Broadcast
Alamat broadcast merupakan alamat IP yang digunakan untuk mengirim atau bisa disebut meneruskan paket data (karena hanya dapat menjadi tujuan, bukan sumber paket data) ke semua host dalam jaringan yang satu NetID dengan alamat broadcast tersebut (one-to-everyone).

Karakteristik alamat broadcast yaitu direpresentasikan dengan memberikan nilai satu (biner) atau 255 (dalam dotted decimal notation) pada semua bit bagian HostID. Dan hanya ada pada IPv4, karena pada IPv6 peran alamat broadcast digantikan oleh alamat multicast.

Ada beberapa jenis alamat broadcast:
  • Network Broadcast: yaitu alamat broadcast untuk suatu jaringan yang menggunakan alamat IP berdasarkan kelas (classful). Contoh: Pada jaringan yang menggunakan alamat 172.16.0.0/16, maka alamat broadcastnya adalah 172.16.255.255.
  • Subnet Broadcast: yaitu alamat broadcast untuk jaringan yang menggunakan alamat IP tidak berdasarkan kelas (classless) atau menggunakn subnet mask. Contoh: Pada jaringan yang menggunkan alamat 172.16.77.0/24, maka alamat broadcastnya adalah 172.16.77.255.
  • Limited Broadcast: yaitu alamat broadcast yang diset 255.255.255.255 pada jaringan lokal dan tidak diteruskan ke luar oleh router.
# Alamat Multicast
Alamat multicast merupakan alamat IP yang digunakan untuk mengirim paket data ke banyak penerima dalam satu transmisi (one-to-many). Para penerima ini dapat berasal dari berbagai segmen jaringan yang berbeda yang terhubung melalui router dan hanya yang menginginkan paket data tersebut. Oleh karena itu alamat IP para penerima dikelompokan dalam grup tertentu agar lebih efisien jadi cara kerjanya mirip dengan mailing-list.

Karakteristik alamat multicast yaitu mampu atau berfungsi untuk mengirim paket data ke banyak penerima dengan satu transmisi dan hanya menggunakan satu jalur data, sehingga dapat menghemat penggunaan bandwidht. Pada IPv4, alamat multicast dialokasikan pada alamat IP kelas D yakni 224.0.0.0/4 dan untuk blok IP 224.0.0.0/24 sudah dicadangkan atau dipesan untuk penggunaan dalam jaringan lokal. Kemudian pada IPv6 alamat multicast menggunakan blok alamat dengan prefiks ff00 : :/8.

Alamat multicast biasa digunakan untuk streaming kontent multimedia seperti siaran TV, dan juga telah dikembangkan agar bisa many-to-many, yang implementasinya yaitu pada video conference antar pengguna dari berbagai tempat.

Mengenal Protokol Routing

Routing adalah proses untuk meneruskan paket-paket jaringan dari satu jaringan ke jaringan lainnya melalui sebuah internetwork. Dalam jaringan yang melakukan routing tersebut adalah perangkat jaringan yang disebut router. Sedangkan protokol yang digunakan router untuk melakukan routing ada dua yaitu: routing statik dan routing dinamik.

  • Routing Statik (Static Routing)

Yaitu, router mempelajari rute yang dibentuk oleh administrator jaringan secara manual. Sehingga administrator jaringan harus memperbarui rute tersebut secara manual juga ketika terjadi perubahan topologi internetwork.

  • Routing Dinamik (Dynamic Routing)

Yaitu, router mempelajari rute berdasarkan protokol routing tertentu yang dikonfigurasi oleh administrator  jaringan. Routing ini bersifat dinamik yaitu mampu beradaptasi terhadap perubahan topologi internetwork. Sehingga administrator tidak perlu memperbaruinya secara manual, kecuali jika memang ingin mengganti protokol routing dinamik yang sebelumnya dengan protokol routing dinamik yang lainnya.

Dalam protokol routing dinamik terdapat bermacam-macam, berikut beberapa diantaranya:

 # RIP (Routing Information Protocol)
RIP mengirim tabel routing yang lengkap ke semua interface yang aktif selama 30 detik. RIP hanya menggunakan jumlah hop untuk menentukan cara terbaik ke sebuah jaringan luar, tetapi RIP secara default memilki jumlah hop maksimum yang diizinkan, 15 buah, berarti jika ada 16 yang ke-16 tersebut tidak terjangkau (unreachable). RIP bekerja baik pada jaringan kecil, tetapi tidak efisien pada jaringan besar dengan link WAN atau jaringan yang menggunakan banyak router.

RIP v1 menggunakan classful routing, yang berarti semua semua alat yang terhubung dalam jaringan harus menggunakan subnet mask yang sama. Hal ini dikarenakan RIP v1 tidak mengirim update dengan informasi subnet mask di dalamnya. Sedangkan RIP v2 menyediakan sesuatu yang disebut prefix routing, dengan begitu bisa mengirim informasi subnet mask bersama update-update dari RIP v2. Oleh karena tersebut ini disebut classless routing.

# IGRP (Interior Gateway Routing Protocol)
IGRP dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan jumlah hop yang dapat dijangkau oleh RIP v1 yaitu mampu menjangkau maksimum 255 hop. Selain itu IGRP mampu memilih jalur terbaik berdasarkan parameter-parameter seperti bandwidth, reability, delay, dan laod, sedangkan RIP v1 tidak mampu. Namun IGRP memiliki kesamaan dengan RIP v1 yaitu sama-sama classful routing dan distance vector.

# EIGRP (Enhanced Interior Gateway Protocol)
EIGRP sama halnya dengan pengembangan RIP v2 terhadap RIP v1 yaitu pengembangan terhadap IGRP dalam kemampuan untuk memasukkan subnet mask ke dalam update-update rutenya dan juga dilengkapi kemampuan untuk melakukan perangkuman (summarization) prefiks IP.

Berikut fitur-fitur EIGRP yang lebih unggul daripada IGRP:

  • Mendukung IP, IPX, dan AppleTalk melalui modul-modul yang bersifat protocol dependent.
  • Pencarian neighbourhood network yang dilakukan dengan efisien.
  • Komunikasi melalui Reliable Transport Protocol (RTP).
  • Pemilihan jalur terbaik melalui Diffusing Update Algorithm (DUAL).


*Catatan: IGRP dan EIGRP dikembangkan oleh Cisco System, Inc sehingga yang dapat menggunakkanya hanya perangkat (router) Cisco dan perangkat vendor lain yang memiliki lisensi Cisco.

# OSPF (Open Shortest Path First)
OSPF adalah alternatif protokol routing bagi jaringan besar yang router-routernya tidak semuanya dari Cisco ataupun yang berlisensi Cisco. Cara kerja OSFP berdasarkan algoritma yang disebut algoritma Dijkstra. Yaitu, pertama sebuah "pohon" jalur terpendek (shortest path tree) akan dibangun, kemudian tabel routing akan diisi dengan jalur-jalur terbaik yang dihasilkan oleh "pohon" tersebut. Routing yang dapat didukung oleh OSPF hanya routing IP saja.

Subnetting

Subnetting adalah teknik untuk membagi atau memecah atau bahkan untuk memotong blok IP address IPv4 pada kelas A,B, dan C menjadi blok IP address yang lebih kecil. Secara umum terdapat beberapa tujuan dari melakukan subnetting, yaitu:

  • Untuk mengefisienkan jumlah host dalam jaringan kecil dimana jumlah hostnya tidak sampai 254 buah.
  • Untuk mengurangi kepadatan lalu lintas jalur data pada jaringan besar yang jumlah hostnya hampir mencapai 254 atau bahkan lebih dengan cara membaginya menjadi beberapa jaringan yang lebih kecil yang kemudian dihubungkan dengan perangkat router.
  • Untuk memotong jumlah host yang dapat terhubung ke jaringan dengan alasan keamanan.

Ada dua metode yang digunakan untuk merepresentasikan subnetting:
a. Notasi desimal bertitik (dotted decimal notation) atau yang sering disebut subnet mask
b. Notasi panjang prefiks jaringan (network prefix length notation) atau yang sering disebut CIDR (Classless Inter-Domain Routing)

Cara Kerja Subnetting

Secara default dalam jaringan yang menggunakan IPv4 baik itu kelas A, B, maupun C sudah terdapat subnet mask atau panjang prefiks default yang menandakan jumlah host yang dapat digunakan masih sama dengan jumlah host maksimum dari masing-masing kelas tersebut. Berikut adalah subnet mask atau panjang prefiks default dari IP kelas A, B, dan C:
Kelas alamatSubnet mask (biner)Subnet mask (desimal)Prefix Length
Kelas A11111111.00000000.00000000.00000000255.0.0.0/8
Kelas B11111111.11111111.00000000.00000000255.255.0.0/16
Kelas C11111111.11111111.11111111.00000000255.255.255.0/24
Dari subnet mask default tersebut maka akan didapat jumlah host yang masih sama dengan kapasitas masing-masing kelas. Barulah setelah subnet mask atau panjang prefiks yang telah dikustomasi, maka jumlah host yang tersedia dalam satu jaringan berubah dan juga dapat menambah segmen jaringan baru. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat pada beberapa tabel di bawah ini:


  1. Subnetting Alamat IP kelas A

  2. Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas A.
    Jumlah segmen jaringanJumlah subnet bitSubnet mask (notasi desimal bertitik/ notasi panjang prefiks)Jumlah host tiap segmen
    21255.128.0.0 atau /98388606
    42255.192.0.0 atau /104194302
    83255.224.0.0 atau /112097150
    164255.240.0.0 atau /121048574
    325255.248.0.0 atau /13524286
    646255.252.0.0 atau /14262142
    1287255.254.0.0 atau /15131070
    2568255.255.0.0 atau /1665534
    5129255.255.128.0 atau /1732766
    102410255.255.192.0 atau /1816382
    204811255.255.224.0 atau /198190
    409612255.255.240.0 atau /204094
    -819213255.255.248.0 atau /212046
    1638414255.255.252.0 atau /221022
    3276815255.255.254.0 atau /23510
    6553616255.255.255.0 atau /24254
    13107217255.255.255.128 atau /25126
    26214418255.255.255.192 atau /2662
    52428819255.255.255.224 atau /2730
    104857620255.255.255.240 atau /2814
    209715221255.255.255.248 atau /296
    419430422255.255.255.252 atau /302

  3. Subnetting Alamat IP kelas B
  4. Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas B.
    Jumlah segmen jaringanJumlah subnet bitSubnet mask (notasi desimal bertitik/ notasi panjang prefiks)Jumlah host tiap segmen
    21255.255.128.0 atau /1732766
    42255.255.192.0 atau /1816382
    83255.255.224.0 atau /198190
    164255.255.240.0 atau /204094
    325255.255.248.0 atau /212046
    646255.255.252.0 atau /221022
    1287255.255.254.0 atau /23510
    2568255.255.255.0 atau /24254
    5129255.255.255.128 atau /25126
    102410255.255.255.192 atau /2662
    204811255.255.255.224 atau /2730
    409612255.255.255.240 atau /2814
    819213255.255.255.248 atau /296
    1638414255.255.255.252 atau /302

  5. Subnetting Alamat IP kelas C
  6. Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas C.
    Jumlah segemen jaringanJumlah subnet bitSubnet mask (notasi desimal bertitik/ notasi panjang prefiks)Jumlah host tiap segmen
    21255.255.255.128 atau /25126
    42255.255.255.192 atau /2662
    83255.255.255.224 atau /2730
    164255.255.255.240 atau /2814
    325255.255.255.248 atau /296
    646255.255.255.248 atau /302
Keterangan:
  • Jumlah segmen jaringan diperoleh dari perhitungan 2n, dimana n adalah jumlah bit host pada subnet mask yang dipakai untuk subnet mask.
  • Jumlah host tiap segmen diperoleh dari perhitungan 2h-2, dimana h adalah jumlah sisa bit host pada subnet mask yang tidak dipakai untuk subnet mask.
Nah untuk menentukan subnet mask atau panjang prefiks yang benar sesuai dengan kebutuhan, maka terdapat beberapa urutan langkah seperti berikut:
  1. Pertama, menentukan atau mengetahui jumlah host yang diinginkan dalam satu jaringan.
  2. Lalu dengan rumus: 2h-2 ≥ jumlah host, kita mencari nilai h.
  3. Kemudian dari nilai h tersebut kita dapat mengetahui panjang prefiks.
  4. Dari di ketahui panjang prefiks tersebut sebenarnya kita sudah menyelesaikan mencari subnet mask yang kita butuhkan tadi, namun perlu juga untuk mengetahui subnet mask dalam bentuk notasi desimal bertitik. Caranya dengan memasukkan angka 1 ke dalam 32-bit IPv4 sejumlah panjang prefiks dimulai dari ordo paling tinggi(paling kiri) dan sisanya diisikan angka 0, 32-bit ini masih dalam format biner kemudian tiap oktetnya diubah ke desimal.
Contoh:
Suatu jaringan lokal memiliki 30 komputer, jaringan tersebut menggunakan alamat IP 192.168.17.0, kemudian ingin disubnet agar hanya ke-30 komputer tersebut yang dapat terhubung ke jaringan, maka berapakah subnet mask jaringannya dan bagaimana blok IPnya?
  • Ada 30 komputer, berarti host yang diinginkan ada 30
  • Kemudian kita pakai rumus 2h-2 ≥ 30
    2h = 32
    2h = 25
    h = 5
  • Lalu kita cari panjang prefiksnya
    32-5 = 27
    jadi panjang prefiksnya adalah /27
  • Dengan itu, maka alamat jarinagn tersebut menjadi 192.168.17.0/27
  • Setelah itu kita tulis notasi panjang prefiks tersebut (/27) menjadi notasi desimal bertitik
    11111111.1111111.11111111.11100000
    =
    255.255.255.224
  • Untuk mengetahui blok IP, kita bisa menggunakan nilai h yang sudah kita dapat tadi,yaitu dengan rumus: 2h
    25 = 32 --> Jadi dalam blok IP tersebut ada 32 alamat IP dengan rincian:
    192.168.17.0 --> sebagai alamat network
    192.168.17.1 s/d 192.168.17.30 --> sebagai alamat IP yang digunakan oleh host atau komputer, dan
    192.168.17.31 --> sebagai alamat broadcast

Perbedaan Pengalamatan IP : Classful dan Classless

Dalam pengalamatan IP terdapat dua metode yaitu classful dan classless. Berikut adalah penjelasan mengenai perbedaan di antara keduanya.

# Classful
Classful secara sederhana dapat diartikan "dengan kelas" atau "menggunakan kelas". Kemudian jika dikaitkan dengan pengalamatan IP, maka pengalamatan IP classful dapat diartikan menjadi "pengalamatan IP berdasarkan kelas". Pengalamatan dengan metode ini ada pada pengalamatan IPv4. Ya, seperti sudah diketahui IPv4 dibagi menjadi kelas A, B, C, D, dan E.

Dengan pengalamatan IP classful, jaringan yang dapat dibentuk hanya sebatas kapasitas masing-masing kelas, dan kapasitas host yang besar yang dimiliki oleh kelas A dan B sering tidak terpakai secara optimum. Selain itu juga telah membuat tabel routing global menjadi membengak melebihi kapasitas router. Oleh sebab itu metode ini sudah tidak digunakan lagi dan diganti dengan classless.

# Classless
Classless secara sederhana dapat diartikan "tanpa kelas" atau "tidak menggunakan kelas". Kemudian jika dikaitkan dengan pengalamatan IP, maka pengalamatan IP classless dapat diartikan menjadi "pengalamatan IP tanpa mengenal kelas". Yaitu dengan cara menggunakan Classless-Inter Domain Rouing (CIDR) atau juga dapat dikenal dengan istilah panjang prefiks. Format pengalamatannya adalah dengan memberi tanda slash (/) di belakang alamat IP kemudian diikuti dengan variabel panjang prefiks.
Contoh: 172.26.78.3/28
172.26.78.3 = alamat IP, /28 = panjang prefiks (CIDR)
Dengan metode classless dapat menyederhanakan tabel routing dengan cara satu tabel routing dapat untuk beberapa jaringan sehingga menghemat penggunaan kapasitas router dalam membuat tabel routing. Selain itu, metode ini memungkinkan untuk menggunakan alamat IP kelas A dan B dengan panjang prefiks tertentu yang belum dipakai.

Namun dalam rangka menjawab permasalahan menipisnya kapasitas jumlah host IPv4 yang diperkirakan akan habis seluruhnya dalam beberapa tahun lagi, maka dibuatlah protokol atau sistem pengalamatan yang baru yaitu IPv6 dengan panjang 128-bit dan bersifat classless sehingga mampu mendukung jumlah host hingga 3,4 x 1038 host.
Contoh IPv6: 21da:00d3:0000:2f3b:02aa:00ff:fe28:9c5a

Mengenal Alamat IP

Alamat IP adalah alamat logik yang diberikan pada setiap host atau perangkat yang terhubung ke jaringan sebagai identitas yang unik dan digunakan agar dapat saling berkomunikasi antar perangat tersebut.

Sistem pengalamatan IP ini terbagi menjadi dua, yaitu:
a. IP versi 4 (IPv4) dan
b. IP versi 6 (IPv6)

# IP versi 4 (IPv4)
IPv4 adalah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol IP versi 4. IPv4 memiliki panjang 32-bit yang terdiri dari bilangan biner dan terbagi menjadi 4 buah oktet berukuran 8-bit dengan dipisah oleh titik. Dalam penggunaannya masing-masing oktet diubah dari biner menjadi desimal. Oleh karena itu representasi pengalamatan IPv4 disebut dengan notasi desimal bertitik (dotted decimal notation).

IPv4 terdiri dari 2 bagian yaitu NetID dan HostID, NetID adalah bagian alamat IP yang berfungsi sebagai pengidentifikasi alamat jaringan di mana host berada, secara default bagian NetID dapat diketahui berdasarkan kelas IP-nya, namun dapat juga dikustomasi berdasarkan subnet mask-nya. Sedangkan HostID adalah bagian alamat IP yang berfungsi sebagai identitas dari suatu host yang berupa workstation atau perangkat lain yang mendukung protokol jaringan TCP/IP. Dalam satu NetID setiap host yang terhubung ke jaringan tersebut harus memiliki HostID yang berbeda-beda atau unik.

# Pembagian IPv4
IPv4 dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu berdasarkan 4-bit pertama dari oktet pertama (high-order bit). Namun dalam penggunaanya agar lebih mudah diingat maka menggunakan notasi desimal.
Kelas Alamat IPOktet pertama (desimal)Oktet pertama (biner)
Kelas A1–1260xxx xxxx
Kelas B128–19110xx xxxx
Kelas C192–223110x xxxx
Kelas D224–2391110 xxxx
Kelas E240–2551111 xxxx
  • IPv4 Kelas A
  • IPv4 kelas A terdiri dari oktet pertama untuk NetID dan tiga oktet sisanya untuk HostID (NetID.HostID.HostID.HostID). 
  • IPv4 Kelas B
  • IPv4 kelas B terdiri dari dua oktet pertama untuk NetID dan dua oktet sisanya untuk HostID (NetID.NetID.HostID.HostID). 
  • IPv4 Kelas C
  • IPv4 kelas C terdiri dari 3 oktet pertama untuk NetID dan oktet terakhir untuk HostID (NetID.NetID.NetID.HostID).
  • IPv4 Kelas D
  • IPv4 kelas D hanya ditujukkan untuk alamat-alamat IP multicast, sehingga berbeda dengan 3 kelas sebelumnya. 4-bit pertama selalu diset pada bilangan biner 1110 dan juga sebagai NetID, sedangkan 28-bit sisanya digunakan untuk alamat HostID.
  • IPv4 Kelas E
  • IPv4 kelas E dicadangkan untuk percobaan atau peneletian. 4-bit pertama selalu diset pada bilangan biner 1111 dan juga sebagai NetID, sedangkan 28-bit sisanya untuk alamat HostID.

IPv4 selain dibagi ke 5 kelas seperti di atas juga dapat dibedakan menjadi IP publik dan IP privat.
  1. IP Publik
  2. IP publik adalah alamat-alamat yang telah ditetapkan oleh InterNIC dan bersifat unik atau tidak ada yang sama, hal tersebut dikarenakan IP publik digunakan untuk host yang terhubung langsung ke internet.

    IP publik meliputi semua alamat IP yang termasuk dalam kelas A, B, dan C. Namun ada juga alamat IP dari kelas tersebut yang termasuk IP privat.



  3. IP Privat

  4. IP private adalah alamat-alamat yang telah direservasikan untuk digunakan dalam jaringan lokal yang di mana tiap host dalam jaringan tersebut tidak terhubung ke internet secara langsung melainkan melalui perangkat seperti router.

    Dengan adanya IP privat ini maka beberapa host yang berada pada jaringan berbeda dan tidak terhubung langsung dapat menggunakan alamat IP yang sama.

    Berikut ruang alamat IP privat:
    • 10.0.0.0/8
    • 172.16.0.0/16
    • 192.168.0.0/24

Perbedaan Hub, Bridge, Switch, dan Router

Dalam dunia jaringan ethernet terdapat empat perangkat yang dari luar terlihat sangat mirip. Namun tentunya memiki kemampuan yang berbeda sehingga tidak bisa sembarang dalam menentukan perangkat yang akan digunakan untuk membuat sebuah jaringan. Berikut adalah perbedaan antara hub, bridge, switch, dan router.

# Hub
Hub adalah perangkat yang paling sederhana dari keempat perangkat tersebut. Ya, karena fungsi hub hanya seperti tempat lewatnya data yang dikirim dari satu komputer ke komputer lain yang terhubung ke hub, hub tidak memiliki kemampuan untuk mengecek data yang masuk selain itu data yang masuk dari salah satu port akan dikirim ke semua port yang lain. Hal tersebut membuat pemborosan dalam pemakaian bandwidth transmisi data, sehingga dapat mengakibatkan jaringan menjadi lambat ketika semua terpakai.

Hub biasanya digunakan untuk jaringan kecil dimana jumlah data yang akan melintas tidak tinggi.

Pada model OSI, hub berada di layer 1 atau physic layer.

# Bridge
Bridge memiliki kemampuan lebih dibanding dengan hub, yaitu mampu menganalisis alamat tujuan dari data yang dikirim. Namun fungsi utama bridge adalah untuk menghubungkan dua jaringan atau membagi suatu jaringan menjadi dua segmen, sehingga umumnya bridge hanya mempunyai satu port untuk masuk dan satu lagi untuk keluar berbeda dengan hub yang memiliki banyak port. Kemudian karena bridge mampu menganalisis alamat tujuan data yang dikirim maka jika alamat tujuan tidak ada di segmen lain yang terhubung ke bridge maka data tidak jadi dikirim.

Bridge biasanya digunakan untuk membagi bagian jaringan yang tidak perlu berkomunikasi seperti bertukar data secara terus-menerus, namun tetap terhubung satu sama lain.

Pada model OSI, bridge berada di layer 2 atau data-link layer.

# Switch
Switch hampir sama dengan bridge karena juga mampu menganalisis alamat tujuan dari data yang dikirim, namun memiliki port yang lebih banyak sehingga seperti hub dan mampu untuk membangun sebuah jaringan. Pengalamatan yang dilakukan switch yaitu berdasarkan alamat fisik atau MAC address dari setiap perangkat yang terhubung ke switch. Selain itu switch mampu melakukan penyaringan data yang lewat untuk dicek apakah ada yang rusak atau tidak.

Pada jaringan yang lebih besar atau yang ramai jalur komunikasinya lebih memilih menggunakan switch daripada hub, karena dengan switch jaringan bisa lebih cepat dan aman.

Pada model OSI, switch berada di layer 2 atau data-link layer namun ada juga yang berfungsi pada layer 3 atau network layer.

# Router
Router juga memiliki kemampuan pengalamatan alamat tujuan dari data yang dikirim, namun berbeda dengan switch yang menggunakan MAC address, router menggunakan IP address. Sehingga hal ini memungkinan jaringan untuk berkomunikasi dengan jaringan lain yang berbeda protokol. Router juga memiliki kelebihan dalam menentukan rute terbaik untuk data yang dikirim sampai ke tempat tujuan.

Router biasanya digunakan untuk membagikan koneksi internet ke jaringan.

Pada model OSI, router berada di layer 3 atau network layer.

Posisi Perangkat Jaringan Dalam Model OSI Layer

Kita sudah mengetahui mengenai model OSI layer dan perangkat-perangkat yang digunakan dalam jaringan. Nah, karena kedua hal tersebut berhubungan dengan jaringan komputer, maka sudah tentu juga ada hubungan di antara keduanya yaitu, dimanakah letak perangkat-perangkat tersebut dalam model OSI layer?. Berikut ini penjelasannya . . .

#1 NIC/Kartu Jaringan
Karena kartu jaringan merupakan perangkat yang terhubung langsung dengan media transmisi data dan fungsi utamanya adalah mengubah bit-bit data dari komputer menjadi sinyal-sinyal yang dapat ditransmisikan dalam media transmisi data maka kartu jaringan dalam model OSI layer menempati layer 1 yaitu physical layer.

#2 Hub
Dengan kesederhanaan fungsi hub dalam membentuk jaringan yaitu hanya meneruskan data yang masuk tanpa melakukan penyaringan data maupun alamat tujuannya, maka hub juga terdapat pada physical layer.

#3 Repeater
Repeater juga memilki kemampuan yang sama dengan hub namun lebih sedikit jumlah port-nya, sehingga sama dengan hub terdapat pada physical layer.

#4 Bridge
Dengan kemampuan bridge dalam mengidentifikasi alamat tujuan dari data yang dikirim maka bridge menempati data-link layer.

#5 Switch
Switch melakukan pengalamatan tujuan dari data yang dikirim berdasarkan MAC address, hal tersebut sama dengan kemampuan data-link layer dalam pengalamatn perangkat keras. Maka switch dalam model OSI layer terdapat pada data-link layer. Namun ada juga switch yang memiliki kemampuan lebih sehingga dapat menempati network layer.

#6 Router
Router juga mampu melakukan pengalamatan tujuan dari data yang dikirim, namun berbeda dengan switch yang menggunakan MAC address, router menggunakan IP address. Oleh karena itu router terdapat pada network layer.

Peralatan Dalam Jaringan

Sebuah jaringan komunikasi terutama komputer, tentunya dibangun oleh 2 komponen utama yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Dalam postingan ini akan dibahas mengenai komponen perangkat keras, terutama perlatan yang umum dan sering digunakan dalam jaringan komputer.

Langsung saja dimulai pembahasannya ...

#1 NIC (Network Interface Card) : Kartu Jaringan

NIC atau kartu jaringan adalah perangkat yang dapat berfungsi sebagai jembatan penguhubung komputer ke sebuah jaringan komputer. Karena itu secara umum kartu jaringan sudah terpasang satu paket dengan motherboard, agar memudahkan pengguna komputer agar tidak membeli komponen lagi untuk terhubung ke sebuah jaringan komputer, kartu jaringan yang secara default sudah terpasang tersebut merukan port RJ-45. Kemudian, ketika dikarenakan suatu hal seperti kartu jaringan rusak, kebutuhan untuk menggunakan lebih dari satu kartu jaringan atau untuk media jaringan yang berbeda, maka dapat menambahkan kartu jaringan lagi melalui slot PCI pada komputer desktop untuk PCI Ethernet Card atau bahkan melalui port USB untuk USB Ethernet Adapter.
Motherboard dan PCI adapter
Motherboard dengan PCI Adapter Contoh USB Adapter


#2 Kabel Jaringan
Media transmisi data dalam jaringan komputer terbagi menjadi dua, yaitu dengan kabel dan tanpa kabel. Pada kesempatan ini akan diulas mengenai kabel jaringan. Dalam penggunaannya, secara umum kabel jaringan dibedakan menjadi kabel twisted pair, kabel coaxial, dan kabel fiber optik(FDDI).

  • Kabel twisted pair
Kabel UTP
Kabel ini terdiri 8 kabel tembaga yang terbagi dalam 4 pasang, yaitu jingga putih - jingga, hijau putih - hijau, biru putih - biru, dan coklat putih - coklat. Sesuai namanya, setiap pasangan kabel tembaga saling berpilin, hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi gangguan elektromagnetik. Kabel ini juga dibedakan menjadi dua, yaitu UTP(Unshielded Twisted Pair) dan STP(Shielded Twisted Pair), perbedaan antara keduanya adalah adanya shield berupa alumunium foil pada kabel STP untuk melindungi kabel dari interferensi elektromagnetik, sedangkan pada kabel UTP tidak ada.

  • Kabel coaxial
Kabel ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu dari yang paling dalam ada kanduktor utama yang terbuat dari tembaga padat, isolator yang terbuat dari bahan polietilena, konduktor bagian luar yang juga terbuat dari pita tembaga ditambah dengan dua lapisan pita baja, lalu penggantung yang terdiri dari 7 buah lilit kawat baja, dan terakhir terdapat pembungkus luar yang terbuat dari bahan polietilena yang dicampur dengan sedikit karbon hitam. Kabel coaxial mampu mentransmisikan sinyal frekuensi tinggi, sehingga lebih banyak dipakai untuk saluran televisi dan saluran telepon.


  • Kabel fiber optik(FDDI)
Kabel fiber optik terdiri dari serat-serat kaca yang mampu dilalui cahaya. Karena itu fungsi dari kabel fiber optik ditujukkan untuk mentransmisi data dalam bentuk cahaya. Sesuai sifat cahaya yang memiliki kecepatan tinggi maka fiber optik mampu mentransmisi data juga dalam kecepatan tinggi. Oleh karena itu kabel ini menjadi media transmisi utama dalam backbone jaringan internet dunia, dan juga digunakan dalam perusahaan-perusahaan di bidang informasi dan komunikasi yang memang memerlukan kecepatan tinggi.

#3 Hub
Hub adalah perangkat yang terdiri dari cukup banyak port yang berfungsi untuk menghubungkan komputer-komputer dengan satu grup IP lokal, sehingga menjadikannya satu segmen jaringan yang sama. Dalam hal menghubungan tersebut, hub tidak mengecek data-data yang lewat sehingga hanya menjadi tempat lewat saja.

#4 Bridge
Bridge adalah perangkat yang berfungsi memperluas jaringan dengan menghubungkan dua segmen jaringan yang berbeda bahkan juga dapat untuk media jaringan yang berbeda. Secara umum ada empat jenis bridge, yaitu:

  • simple bridging,
  • multiport bridging,
  • transparent bridging, dan
  • source-route bridging.


#5 Switch
Switch memiliki cara kerja yang hampir sama dengan bridge namun mempunyai port yang lebih banyak sehingga mendukung lebih banyak segmen jaringan yang terhubung, kemudan karena port nya yang banyak sehingga juga hampir sama dengan hub tetapi switch memiliki kemampuan lebih dalam memanajemen jaringan seperti penyaringan data yang lewat switch selain itu switch juga sudah dikembangkan hingga mampu memiliki kecepatan transfer sampai gigabit.

#6 Router
Router juga mirip halnya dengan bridge dalam membagi maupun menggabungkan segmen jaringan, namun bridge lebih "cerdas" karena mampu mengalamatkan paket data dengan rute yang efisien  dan memilki manajemen jaringan yang lebih kaya seperti mengatur bandwidth. Oleh karena itu router banyak digunakan dalam menghubunkan internet ke jaringan komputer.

#7 Gateway
Gateway berfungsi menghubungkan komputer dengan komputer lain atau jaringan lain dalam hal bertukar data yang menggunakan protokol komunikasi yang berbeda.

#8 Antena

Antena adalah perangkat yang digunakan dalam mengirim dan menerima transmisi data yang melalui medium udara, dengan cara kerja mengubah transmisi data yang berupa sinyal-sinyal listrik menjadi gelombang elektromagnetik yang kemudian dipancarkan dengan cara radiasi dan sebaliknya, yaitu menangkap gelombang elektromagnetik yang kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik. Karakter antena yang menjadi tolak ukur pemanfaatan antena dalam jaringan komputer nirkabel adalah Gain, yaitu kemampuan antena dalam mengarahkan dan menerima radiasi sinyal ke atau dari arah terntentu, satuan Gain adalah dB(desibel). Secara umum dalam jaringan komputer nirkabel mengenal 4 jenis antena, yaitu:
  • Antena Omni

Antena omni memiliki pola radiasi ke segala arah dan dengan daya yang sama. Antena ini banyak digunakan sebagai pemancar sinyal access point, sedangkan secara umum Gain rata-rata antena omni bawaan access point adalah 3-5 dBi, sehingga area pancaranya terbilang cukup kecil tidak sampai 1 Km kemudian jika ingin memperluas area coverage dapat menggunakan antena omni eksternal yang memiliki Gain lebih besar.
  • Antena Sectoral
Antena ini hampir sama dengan antena omni yaitu dapat digunakan sebagai access point yang melayani topologi jaringan point-to-multi-point. Namun memiliki Gain yang lebih besar yaitu rata-rata 10-19 dBi, sehingga mampu menjangkau jarak yang cukup jauh 6-8 Km. Oleh karena itu antena ini lebih banyak digunakan di menara-menara telekomunikasi. Dan selain Gain yang lebih besar, perbedaannya dengan antena omni adalah antena ini memiliki sudut pancar tertentu yaitu 45-180 derajat, jadi tidak ke segala arah.
  • Antena Grid
Antena ini cukup populer dalam dunia ISP yang menggunakan medium wireless dalam pendistribusian akses internet ke klien. Karena antena ini menggunakan topologi point-to-point dan memiliki arah yang lebih fokus, sehingga akan lebih tepat sasaran. Selain itu dengan Gain rata-rata yang besar yaitu 21-24 dBi maka dapat menjangkau jarak yang jauh.
  • Antena Parabolic
Antena ini juga banyak diguanakan di menara-menara komunikasi untuk saling menghubungkan menara-menara komunikasi tersebut dalam upaya meluaskan jangkauan komunikasi. Selain itu juga digunakan dalam bidang transmisi siaran televisi yang menggunakan satelit sebagai pemancarnya. Hal tersebut dikarenakan antena ini memiliki Gain yang besar hingga 28 dBi dan dapat menerima dari beberapa sumber sekaligus.


#9 Modem

Modem berasal dari singkatan Modulator Demulator, yang secara sederhana dapat dikatakan sebagai perangkat komunikasi dua arah, karena dapat mengubah sinyal digital dari komputer menjadi sinyal analog yang siap untuk dikirim dan mengubah sinyal analog yang diterima menjdai sinyal digital untuk diolah lagi dalam komputer. Pada umumnya terdapat lima jenis modem yaitu:
  • Modem Dial Up
Modem ini langsung menggunakan saluran telepon untuk dapat terhubung ke internet. Selain itu modem ini terdapat dua macam yaitu:
-Modem Internal: Yaitu modem yang dipasang pada slot PCI motherboard.
-Modem Eksternal: Yaitu modem yang dihubungkan ke komputer melalui port COM atau USB.
  • Modem ADSL (Asymetric Digital Sucribe Line)
Yaitu modem yang menggunakan saluran telepon analog, namun dapat digunakan secara bersamaan dengan telepon itu sendiri.
  • Modem Kabel
Yaitu modem yang menggunakan sambungan TV kabel, sehingga memiliki bandwidth kecepatan yang lebih besar daripada modem Dial Up maupun modem ADSL.
  • Modem GSM
Yaitu modem yang menggunakkan teknologi komunikasi telepon seluler GSM seperti GPRS, EDGE, HSPA, dan HSDPA. Modem ini terhubung ke komputer melalui port USB.
  • Modem CDMA
Yaitu modem yang menggunakkan teknologi komunikasi telepon seluler CDMA seperti EVDO. Modem ini juga terhubung ke komputer melalui port USB.


#10 Repeater
Seperti arti katanya, repeater adalah perangkat pengulang dari transmisi data yang masuk untuk diteruskan atau disebarkan lagi tanpa mengubah informasi yang masuk tersebut, perangkat ini juga tidak melakukan pem-filteran terhadap informasi tersebut. Sehingga sesuai fungsinya tersebut, repeater dapat digunakan untuk memperluas area coverage hotspot ke daerah tertentu, selain itu juga digunakan dalam memperkuat jaringan komunikasi yang ditransmisikan ke tujuan yang jauh ataupun untuk melewati suatu penghalang arah sinyal transmisi data tersebut.

OSI Reference Model



Dalam mempelajari jaringan komputer, sebaiknya lebih dahulu memahami tentang OSI(Open System Interconnection) Reference Model atau yang lebih dikenal dengan sebutan OSI Layer, itu dikarenakan dalam jaringan komputer terdapat banyak macam protokol yang ada.

OSI Layer terdiri dari 7 layer, yang berlabel 1 sampai 7, dengan layer 1 berada paling bawah. Berikut adalah diagram dari OSI Layer:


Sedangkan penejelasannya adalah sebagai berikut:

#1 Layer 1 : Physical layer
Layer paling bawah ini mencakup hubungan antara peralatan(device) dengan media transmisi(transmission medium). Layer ini hanya berfungsi sebagai pintu gerbang untuk mengubah bit-bit data yang lewat menjadi sinyal-sinyal yang dapat melalui media transmisi atau sebaliknya. Sehingga bertanggung jawab terhadap berhasil tidaknya data masuk ke dalam media transmisi atau sebaliknya.

#2 Layer 2 : DataLink Layer
Peranan layer ini lebih utamanya yaitu dalam pengalamatan fisik data yang dikirim melalui MAC(Media Access Control) addres, sedangkan data tersebut adalah dalam bentuk frame. Frame yang dimaskud dapat berupa  Ethernet frames atau PPP Frames. Layer ini bertanggung jawab terhadap media access control, flow control dan error checking.

#3 Layer 3 : Network Layer
Fungsi layer ini yaitu dalam pengalamatan host yang harus unik dan jelas letaknya. Alamat yang dimaksud adalah IP(Internet Protocol) address. Sehingga dapat menentukan rute yang benar dalam pengiriman data. Layer ini bertanggung jawab terhadap pengiriman data/paket termasuk penentuan rute pengiriman baik dalam jaringan lokal maupun yang lebih luas.

#4 Layer 4 : Transport Layer
Fungsi layer ini secara gamblang dapat dijelaskan untuk memecah data yang akan ditransmisikan ke dalam fragmen-fragmen agar lebih mudah dan efisien juga melaukan pemeriksaan error seperti berhasil terkirim atau tidaknya data serta melakukan perbaikan jika ada fragmen yang gagal terkirim tersebut. Kemudian dalam memecahnya pun tidak asal-asalan tetapi juga memberi identitas pada setiap fragmen data agar dapat terkirim sesuai tujuannya ketika melakukan multitasking dan agar dapat digabungkan lagi dengan seperti semula benar ketika ada fragmen data yang lain.

#5 Layer 5 : Session Layer
Layer ini berfungsi dalam mekanisme membuka, menutup, dan mengatur session antara perangkat yang terhubung oleh jaringan.

#6 Layer 6 : Presentation Layer
Layer ini bertanggung jawab dalam mengirim dan memformat informasi ke layer di atasnya untuk nantinya diperlihatkan maupun diproses. Juga untuk melakukan pembutan struktur data yang didapatnya dari layer di atasnya ke sebuah format yang dapat ditransmisikan dalam jaringan.

#7 Layer 7 : Application Layer
Berfungsi sebagai antarmuka dimana user dapat menggunakan aplikasi dengan fungsionalitas jaringan, mengatur bagaimana aplikasi dapat mengakses jaringan, dan kemudian membuat pesan-pesn kesalahan.